Raja-Raja pada Masa Kerajaan Islam
Tahukah kamu tentang raja-raja pada masa Kerajaan Islam?
Kali ini kamu akan belajar mengenai sejarah perjuangan raja-raja kerajaan Islam. Kamu juga akan mempelajari pengaruh perjuangannya bagi masyarakat sekitar.
Berikut raja-raja pada masa kerajaan Islam :
1. Sultan Malik As-Saleh
Sebelum menganut Islam, Sultan Malik As-Saleh bernama Meurah Silu. Beliau merupakan pendiri Kerajaan Samudra Pasai. Saat pemerintahannya, Sultan Malik As-Saleh memperluas daerah kekuasannya sampai ke daerah-daerah seperti, Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Simpag, Beruna, Buloh Telang, Benua, Perlak, Samudera, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan dan Pasai. Penduduk daerah-daerah yang dikuasai Sultan Malik As-Saleh menjadi penganut Islam. Pada pemerintahan Sultan Malik As-Saleh, susunan pemerintah kerajaan menjadi tertib. Hubungan antara pemerintah dan rakyat maupun rakyat dengan rakyat mejadi baik. Perdagangan di kerajaan ini pun menjadi lancar. Setelah wafat, Sultan Malik As-Saleh dimakamkan di Samudra Pasai. Di atas makamnya, dibangun batu nisan yang berciri Islam. Batu nisan tersebut berangka tahun 635 Hijrah atau 1297 Masehi. Batu nisan tersebut menjelaskan bahwa Smudra Pasai merupakan Kerajaan Islam Pertama di Indonesia.
2. Sultan Iskandar Muda
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan. Beliau tidak hanya mampu menyusun dan menetapkan berbagai konsep qanun (undang-undang dan peraturan) yang adil dan universal, tetapi juga mampu melaksanakan secara adil. Beliau masih sangat muda saat menduduki tahta kerajaan. Kesuksesan Sultan Iskandar Muda sebagai Raja Kerajaan Aceh telah mendapat pengakuan, bukan hanya dari rakyatnya, tetapi juga dari bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh maju dalam berbagai bidang kehidupan. Beliau telah berhasil menyatukan seluruh wilayah Semenanjung Tanah Melayu di bawah pemerintahan Kerajaan Aceh. Dalam bidang ekonomi, beliau telah berhasil menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai sumber daya alam saja, tetapi kekayaan alam itu benar-benar dapat dinikmati secara bersama oleh rakyatnya. Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti penjajahan. Sikap ini terwujud dalam cara beliau menghadapi bangsa-bangsa luar yang datang ke Aceh untuk menguasai Aceh. Beliau selalu menunjukkan sikap tegas dan berwibawa sebagai raja dari sebuah kerajaan yang "merdeka". Pada bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, beliau telah menempatkan para ulama dan cendikiawan pada posisi penting. Pada masa itu, Kerajaan Aceh menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan peradaban di kawasan Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi oleh para pelajar dari seluruh dunia. Untuk mengenang kebesaran dan jasa-jasa beliau, melalui Surat Keputusan Presiden RI No.077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993, Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia serta mendapat tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana (kelas II). Untuk menghargai jasa-jasa beliau, nama Sultan Iskandar Muda diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air. Nama beliau juga diabadikan sebagai nama kapam perang (KRI Sultan Iskandar Muda), nama bandara (Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda), dan nama satuan militer (Kodam Iskandar Muda, Aceh).
3. Raden Patah
Raden Patah merupakan pendiri Kesultanan Demak. Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1478. Pada masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan Islam dan pengamalannya serta penerapan musyawarah dan kerjasama antara ulama dan pemerintah. Dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya, Raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, beliau juga membangun istana dan mendirikan masjid yang terkenal hingga saat ini, yaitu Majid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu oleh Wali Sanga.
4. Sultan Nuku
Pada tahun 1780, Sultan Nuku menjadi Sultan Tidore dan menyatakan Tidore sebagai wilayah yang merdeka dari kekuasaan Belanda. Setelah berjuang beberapa tahun, Sultan Nuku mendapatkan kemenangan. Beliau berhasil membebaskan Kesultanan Tidore dari kekuasaan Belanda. Kesultanan Tidore memasuki masa keemasan di bawah pemerintah Sultan Nuku. Sultan Nuku adalah seorang pemimpin pemberani yang dikenal sebagai "Jou Barakati" yang artinya adalah panglima perang. Sultan Nuku menggunakan armada perahu kora-kora dalam berperang melawan Belanda di lautan. Untuk mengenang perjuangan dan kemenangan Sultan Nuku, sebuah festival kora-kora rutin diadakan di Halmahera. Nama Sultan Nuku juga diabadikan sebagai nama salah satu kapal perang milik TNI AL. Melalui Keppres No.071/TK/1995 tanggal 7 Agustus 1995, Sultan Nuku diangurehi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Coba perhatikan di bawah ini baik-baik :
Kerajaan Demak ⇢ Jawa Tengah ⇢ Raden Patah
Kerajaan Kediri ⇢ Jawa Timur ⇢ Jayabaya
Kerajaan Banten ⇢ Jawa Barat ⇢ Sultan Ageng Tirtayasa
Kerajaan GowaTallo⇢Sulawesi Selatan⇢Sultan Hasanuddin
Kerajaan Ternate Tidore⇢Maluku⇢Sultan Baabullah