SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul

Bertakwa, Cerdas, Terampil, Jaya.

SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul

Bertakwa, Cerdas, Terampil, Jaya.

SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul

Bertakwa, Cerdas, Terampil, Jaya.

SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul

Bertakwa, Cerdas, Terampil, Jaya.

SD Negeri Singosaren Banguntapan Bantul

Bertakwa, Cerdas, Terampil, Jaya.

Minggu, 03 September 2017

CARA BERPIKIR KRONOLOGIS ( DIAKRONIK ) DAN SINKRONIK DALAM MEMPELAJARI SEJARAH

CARA BERPIKIR KRONOLOGIS ( DIAKRONIK )

    Menurut Galtung, diakronik berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintas atau melewati, dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronik dapat diartikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
    Konsep diakronik melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari zaman ke zaman.
    Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekontruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya. 
    Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristuwa yang akan datang. Sehingga, berpikir secara diakronik haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
    Contoh : Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, misalnya peristiwa menyerahnya Jepang kepada Sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa Rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi, dan detik-detik proklamasi.
    Studi diakronik bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan Sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai sekarang.
    Cara berpikir kronologis atau diakronik dalam mempelajari sejarah adalah sebagai berikut :
1. Memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak dan memiliki hubungan kausalitas dan sebab akibat.
2. Berpikir diakronis, yaitu mempelajari kehidupan sosial secara memanjang berdimensi waktu.
3. Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan masyarakat secara berkesinambungan.
4. Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis.
5. Digunakan dalam ilmu Sejarah.

CARA BERPIKIR SINKRONIK

    Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
    Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada di dalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
    Cara berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah, adalah sebagai berikut :
1. Mengamati kehidupan sosial secara meluas berdimensi ruang.
2. Memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan saling berkaitan antara satu unit dengan unit lainnya.
3. Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan menjelaskan bagian demi bagian.
4. Menjelaskan struktur dan fungsi dari masing-masing unit dalam kondisi statis.
5. Digunakan oleh ilmu-ilmu sosial lainya seperti Geografi, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Antropologi, dan Arkheologi
Contoh :
Ketika kita mempelajari memburuknya politik masa demokrasi liberal, kita tidak bisa hanya memandang dari sisi politik saja melainkan ditentukan oleh banyak faktor. Faktor satu dengan faktor lain kita sinkronkan sehingga menjadi alasan yang bisa dipertanggungjawabkan sebab-sebab memburuknya pemerintahan masa demokrasi liberal. Misal ditinjau dari kondisi ekonomi, kondisi keamanan dalam negeri, kehidupan kepartaian saat itu, dan lain-lain.

RUANG LINGKUP SEJARAH

 RUANG LINGKUP SEJARAH

1. Sejarah sebagai ilmu
    Semula sejarah adalah cabang dari seni dan sastra. Namun setelah adanya kritik sejarah, penulisan sejarah tidak hanya menerima begitu saja keterangan-keterangan yang diperolehnya, melainkan sudah menggunakan metode penelitian sejarah seperti heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Melalui metode ini, sumber atau keterangan akan diuji melalui kritik sejarah sehingga menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
    Sejarawan kuno yang mempelopori penulisan sejarah dengan menggunakan kritik sejarah adalah Herodotus dari Yunani. Jejak Herodotus ini kemudian berkembang terus. Pada abad 17 kritik sejarah mulai berkembang dan pada abad ke-20 kritik sejarah berkembang menjadi metode penelitian sejarah. Sejak itu muncul istilah sejarah ilmiah, sejarah kritis, atau sejarah empiris.
    Apabila penulisan sejarah dilakukan melalui tahapan-tahapan penulisan ilmiah, maka barulah sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu sejarah. 

2. Sejarah sebagai peristiwa
  Sejarah sebagai peristiwa sering disebut sebagai sejarah obyektif, yaitu suatu proses dari perkembangan kejadian-kejadian sepanjang masa yang telah lampau. Untuk membedakan apakah sejarah itu sebagai kisah atau sebagai peristiwa, maka kita dapat mengambil contoh sebagai berikut :
"Saya sedang mengkaji sejarah perang kemerdekaan Amerika", artinya saya sedang mengkaji tentang kisah masa lampau yang tidak akan terulang lagi. Lain halnya kalau kita mengatakan "Perang Kemerdekaan". Peristiwa Perang Kemerdekaan tidak hanya dibatasi hanya terjadi masa lampau saja, melainkan untuk masa sekarang atau yang akan datang. Jadi peristiwa masa lampau yaitu "Perang Kemerdekaan" bisa terulang lagi, entah dimana dan kapan waktunya.
3. Sejarah sebagai kisah
    Sejarah sebagai kisah merupakan hasil karya atau ciptaan orang atau sejarawan. Sejarah sebagai kisah disebut pula sejarah subyektif karena hasil karya atau ciptaan sejarawan. Contoh Perang Diponegoro. Sejarawan Indonesia mengatakan bahwa Diponegoro adalah pahlawan, sementara penulis Belanda akan mengatakan bahwa Diponegoro adalah pemberontak atau pengecut.

4. Sejarah sebagai seni
    Pada awalnya sejarah merupakan bagian dari sastra atau seni. Baru pada masa Herodotus mulai diperkenalkan adanya kritik sejarah dalam penulisan, hingga akhirnya menjadi sejarah bukan berarti dalam penulisan sejarah tidak ilmiah. Sejarah sebagai seni bukan berarti dalam penulisan sejarah tidak memperhatikan metode penulisan sejarah atau kritik sejarah. Maksud sejarah sebagai seni adalah cara penulisan sejarah yang selalu memperhatikan keindahan bahasa dan sistematika penulisan yang mudah dimengerti, sehingga pembaca tidak cepat bosan dan merasa tertarik untuk mempelajarinya.Sejarah berbeda dengan matematika. Dalam sejarah, dua sejarawan bisa berbeda kesimpulannya terhadap sumber yang sama