Minggu, 03 September 2017

RUANG LINGKUP SEJARAH

 RUANG LINGKUP SEJARAH

1. Sejarah sebagai ilmu
    Semula sejarah adalah cabang dari seni dan sastra. Namun setelah adanya kritik sejarah, penulisan sejarah tidak hanya menerima begitu saja keterangan-keterangan yang diperolehnya, melainkan sudah menggunakan metode penelitian sejarah seperti heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Melalui metode ini, sumber atau keterangan akan diuji melalui kritik sejarah sehingga menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
    Sejarawan kuno yang mempelopori penulisan sejarah dengan menggunakan kritik sejarah adalah Herodotus dari Yunani. Jejak Herodotus ini kemudian berkembang terus. Pada abad 17 kritik sejarah mulai berkembang dan pada abad ke-20 kritik sejarah berkembang menjadi metode penelitian sejarah. Sejak itu muncul istilah sejarah ilmiah, sejarah kritis, atau sejarah empiris.
    Apabila penulisan sejarah dilakukan melalui tahapan-tahapan penulisan ilmiah, maka barulah sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu sejarah. 

2. Sejarah sebagai peristiwa
  Sejarah sebagai peristiwa sering disebut sebagai sejarah obyektif, yaitu suatu proses dari perkembangan kejadian-kejadian sepanjang masa yang telah lampau. Untuk membedakan apakah sejarah itu sebagai kisah atau sebagai peristiwa, maka kita dapat mengambil contoh sebagai berikut :
"Saya sedang mengkaji sejarah perang kemerdekaan Amerika", artinya saya sedang mengkaji tentang kisah masa lampau yang tidak akan terulang lagi. Lain halnya kalau kita mengatakan "Perang Kemerdekaan". Peristiwa Perang Kemerdekaan tidak hanya dibatasi hanya terjadi masa lampau saja, melainkan untuk masa sekarang atau yang akan datang. Jadi peristiwa masa lampau yaitu "Perang Kemerdekaan" bisa terulang lagi, entah dimana dan kapan waktunya.
3. Sejarah sebagai kisah
    Sejarah sebagai kisah merupakan hasil karya atau ciptaan orang atau sejarawan. Sejarah sebagai kisah disebut pula sejarah subyektif karena hasil karya atau ciptaan sejarawan. Contoh Perang Diponegoro. Sejarawan Indonesia mengatakan bahwa Diponegoro adalah pahlawan, sementara penulis Belanda akan mengatakan bahwa Diponegoro adalah pemberontak atau pengecut.

4. Sejarah sebagai seni
    Pada awalnya sejarah merupakan bagian dari sastra atau seni. Baru pada masa Herodotus mulai diperkenalkan adanya kritik sejarah dalam penulisan, hingga akhirnya menjadi sejarah bukan berarti dalam penulisan sejarah tidak ilmiah. Sejarah sebagai seni bukan berarti dalam penulisan sejarah tidak memperhatikan metode penulisan sejarah atau kritik sejarah. Maksud sejarah sebagai seni adalah cara penulisan sejarah yang selalu memperhatikan keindahan bahasa dan sistematika penulisan yang mudah dimengerti, sehingga pembaca tidak cepat bosan dan merasa tertarik untuk mempelajarinya.Sejarah berbeda dengan matematika. Dalam sejarah, dua sejarawan bisa berbeda kesimpulannya terhadap sumber yang sama

0 Comments:

Posting Komentar